Kumpulan Pengertian Menurut Berbagai Pakar dan Para Ahli Lengkap dengan Penjelasannya

9 Pengertian Qadha dan Qadar Menurut Oleh Para Ahli

Pengertian Qadha dan Qadar menurut para ahli – Bagi anda yang mencari tentang definisi atau pengertian tentang qadha maupun qadar, maka tepat sekali. Karena untuk pembahasan sekarang akan mengulas tentang apa itu pengertian qadha dan qadar menurut para ahli,  lengkap penjelasannya bahasa dan istilah dengan fungsi, dalil,Al Qur’an,  contoh iman kepada Qadha dan Qadar. Nah bagi sobat yang sudah penasaran langsung saja simak pembahasan di bawah ini secara lengkap. Semoga dapat bermanfaat tentunya bagi pembaca.
9 Pengertian Qadha dan Qadar Menurut Oleh Para Ahli
9 Pengertian Qadha dan Qadar Menurut Oleh Para Ahli

Pengertian Qadha dan Qadar

Apa itu Qadha dan Qadar ? Pengertian Qada dan Qadar Berdasarkan keterangan dari bahasa qadha mempunyai beberapa makna yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut keterangan dari istilah, qadha ialah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari semenjak zaman azali mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan makhluk-Nya cocok dengan iradah (kehendak-Nya), mencakup baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.

Berdasarkan keterangan dari bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut keterangan dari istilah, qadar ialah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan makhluk-Nya yang sudah ada semenjak zaman azali cocok dengan iradah-Nya. Qadar disebut pun dengan takdir Allah SWT yang berlaku untuk semua makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun bakal terjadi.

Pengertian Iman Kepada Qadha dan Qadar

Beriman untuk Qada dan Qadar ialah menyakini dengan sepenuh hati adanya peraturan Allah SWT yang berlaku untuk semua mahluk hidup. Semua tersebut menjadi bukti kehormatan dan kekuasan Allah SWT. Jadi, segala sesuatu yang terjadi di alam fana ini telah diputuskan oleh Allah SWT.

Ciri-Ciri Orang Beriman Kepada Qadha dan Qadar

Seorang muslim yang yakin untuk ketentuan Allah SWT tentu akan memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Ciri-ciri orang yang beriman untuk qada dan qadar:

1. Senantiasa bersabar.

2. Selalu sadar dan menerima kenyataan.

3. Bersikap optimis, bukan pesimis.

4. Rajin dalam berjuang dan tidak gampang menyerah.

5. Menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya

6. Senantiasa bersikap tawakal.

7. Mengisi kehidupan dengan urusan positif untuk menjangkau kebahagiaan di akhirat kelak

8. Bertawakal untuk Allah SWT

Fungsi iman untuk Qada dan Qadar:

1. Mendidik insan untuk senantiasa berjuang / ikhtiar (An Najm ayat 39 – 42 serta Q.S. Ar Ra’du ayat 11)

2. Mendekatkan diri untuk Allah SWT (Q.S. Al Hadid ayat 22)

3. Mendidik insan untuk tidak besikap congkak /takabur (Q.S. Lukman ayat 18)

4. Mendidik insan untuk senantiasa sabar dan tawakal (Ali Imran ayat 159 serta Q.S. Al Baqarah ayat 155 – 156)

Contoh Qada dan Qadar

Saat ruang belajar 8 SMP Paijo ialah murid yang memiliki prestasi biasa saja. Tetapi sebab ketekunan dan usaha nya, dia dapat mengejar teman-temannya. Sehingga ketika ujian akhir sekolah Paijo menjadi siswa yang terbaik.

Paidi adalah murid yang cerdas, dia jarang belajar. Paidi belajar hanya sejumlah menit sebelum ulangan dimulai. Ketika menerima hasil ulangan, Paidi mendapat nilai yang bagus.

Paiman berusia 13 tahun, kini dia duduk di ruang belajar  7. Kehidupan Paiman andai menurut umur hidup rata-rata warga Indonesia yakni sekitar 66 tahun. Tetapi memasuki usia 17 Paiman sakit keras, sekian banyak  pengobatan sudah dijalani, namun akhirnya Paiman meninggal dunia.

1. Kapan laut pasang dan surut.

2. Matahari keluar pada siang hari, dan bulan serta bintang terlihat pada malam hari

3. Menetapkan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

4. Setiap makhluk tentu mati.

5. Orang yang bodoh dapat pandai andai giat belajar dan berdoa untuk Allah

6. Menetapkan seseorang lahir.

7. Orang kurang mampu yang betul-betul berikhtiar disertai doa dapat menjadi orang kaya

Dalil – Dalil Mengenai Beriman Kepada Qadha dan Qadar

1. Q.S Al-A’laa ayat 3 :

Artinya :"Dan yang menilai kadar (masing-masing) serta memberikan petunjuk.”

2. Takdir Mua’llaq dan Takdir Mubram

Takdir mubram

Yaitu takdir yang terjadi pada diri insan dan tidak dapat dicoba atau tidak bisa di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dicetuskan dengan mata sipit , atau dicetuskan dengan kulit hitam sementara ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.

Takdir mua’llaq

Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contohnya seorang siswa berangan-angan ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk menjangkau cita-citanya tersebut ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.

3. Q.S Ar-Ra’d ayat 11 :

Artinya : Bagi insan ada malaikat-malaikat yang tidak jarang kali mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah suasana sesuatu kaum sampai-sampai mereka mengubah suasana yang terdapat pada diri mereka sendiri. Dan bilamana Allah menghendaki kejelekan terhadap sesuatu kaum, maka tak terdapat yang bisa menolaknya; dan sekali-kali tak terdapat pelindung untuk mereka di samping Dia.

4. Takdir

Takdir ialah ketentuan sebuah peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang mencakup semua sisi kejadiannya baik tersebut mengenai kadar atau ukurannya, lokasinya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi pasti ada takdirnya, tergolong manusia.

Umat Islam mengetahui takdir sebagai unsur dari tanda dominasi Tuhan yang mesti diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan mengenai takdir melulu dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yakni informasi Allah melewati Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan simpel telah menafsirkan takdir sebagai segala sesuatu yang telah terjadi.

5. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar

Iman untuk qadha dan qadar dengan kata lain percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT sudah menilai mengenai segala sesuatu untuk makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang dengan kata lain sebagai inilah yang dengan kata lain :

”Sesungguhnya seseorang itu dibuat dalam perut ibunya sekitar 40 hari dalam format nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, lantas Allah mengutus malaekat guna meniupkan ruh ke dalamnya dan menyebutkan empat ketentuan, yaitu mengenai rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).

Dari hadits di atas dapat anda ketahui bahwa nasib insan telah ditentukan Allah semenjak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap insan telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia melulu tinggal diam menantikan nasib tanpa berjuang dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban guna berusaha, karena keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.

Janganlah sekali-kali menjadikan takdir tersebut sebagai dalil untuk malas berjuang dan melakukan kejahatan. Mengenai adanya keharusan berikhtiar , ditegaskan dalam suatu kisah. Pada zaman nabi Rosululloh SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang tersebut datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya serta langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda tersebut tidak anda ikat?.” Orang Arab Badui tersebut menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal untuk Allah”. Nabi juga bersabda, ”Ikatlah kudamu, sesudah tersebut bertawakkalah untuk Allah”.

Dari cerita tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah sudah menilai segala sesuatu, namun insan tetap berkewajiban guna berikhtiar. Kita tidak memahami apa-apa yang bakal terjadi pada diri kita, oleh sebab tersebut kita mesti berikhtiar. Jika hendak pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika hendak kaya, bekerjalah dengan rajin setelah tersebut berdo’a. Dengan berdo’a anda kembalikan segala urusan untuk Allah kita untuk Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi saya dan anda bisa menerimanya dengan ridha dan ikhlas.

6. Ikhtiar

Ikhtiar ialah usaha insan untuk memenuhi keperluan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya supaya tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal barangkali sesuai dengan keterampilan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha anda gagal, hendaknya anda tidak berputus asa. Kita usahakan mengupayakan lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa.

Kegagalan dalam sebuah usaha, antara lain diakibatkan keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam diri manusia tersebut sendiri. Apabila tidak berhasil  dalam sebuah usaha, masing-masing muslim disarankan untuk bersabar sebab orang yang sabar tidak bakal gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha anda dapat sukses dan sukses, hendaknya melandasi usaha itu dengan niat ikhlas guna mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengekor perintah Allah yang diiringi dengan tindakan baik, bidang usaha yang bakal dilakukann mesti dikuasai dengan menyelenggarakan penelitian atau riset, tidak jarang kali berhati-hati menggali teman (mitra) yang menyokong usaha tersebut, serta menimbulkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.

7. Tawakal

Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya untuk Allah dalam menghadapi atau menantikan hasil sebuah pekerjaan, atau menanti dampak dari sebuah keadaan.

Imam al-Ghazali merumuskan pengertian tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal merupakan menyandarkan untuk Allah swt tatkala menghadapi sebuah kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam masa-masa kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.

Berdasarkan al-Qur’an Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt. bakal mencukupkan segala kebutuhan orang-orang yang bertawakal dan bila diulas orang yang bertawakal bakal :

1. Memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau maut.

2. Mendapatkan limpahan sifat ‘aziz atau kebesaran dan kemuliaan.

3. Mensyukuri karunia Allah swt. serta mempunyai kesabaran bilamana belum memperolehnya.

4. Menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta menemukan ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan.

5. Mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang lumayan dari Allah swt.

6. Memiliki keyakinan diri dan keberanian dalam menghadapi masing-masing persoalan.

7. Mendapatkan keyakinan dari orang tidak sedikit karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat untuk orang lain.

8. Sunnatullah

Berdasarkan keterangan dari bahasa sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang dilewati atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata itu digabung dengan lafal Allah sampai-sampai menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan berlangsung secara tetap dan teratur.

Sunnatullah terdiri dari dua macam, yakni :

1. Sunnatullah kauniyyah ialah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau gejala alam. Contohnya, matahari keluar di ufuk unsur timur dan terbenam di ufuk barat.

2. Sunnatullah qauliyah ialah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam format lembaran atau dibukukan, yakni Al-Qur’an.

Kedua sunatullah itu mempunyai persamaan, yakni :

1. Kedua-duanya dipastikan kemutlakannya.

2. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.

3. Kedua-duanya tidak dapat diolah atau diganti dengan hukum lainnya.

Contohnya ialah hukum yang ada dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, tentu akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Di samping mempunyai persamaan, keduanya pun mempunyai perbedaan. Sunatullah yang terdapat di alam, bisa diukur. Lain halnya dengan sunnatullah yang terdapat dalam AL-Qur’an. Walaupun urusan tersebut pasti terjadi, namun tidak diketahui secara tentu kapan waktunya.

9. Hikmah Beriman untuk Qada dan Qadar

Dengan beriman untuk qadha dan qadar, tidak sedikit hikmah yang amat berharga untuk kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri guna kehidupan akhirat. Hikmah itu antara lain:

Menjauhkan diri dari sifat congkak dan putus asa

Orang yang tidak beriman untuk qadha dan qadar, bilamana memperoleh keberhasilan, ia memandang keberhasilan itu ialah semata-mata sebab hasil usahanya sendiri. Ia juga merasa dirinya hebat. Apabila ia merasakan kegagalan, ia gampang berkeluh kesah dan berputus harapan , sebab ia menyadari bahwa kegagalan tersebut sebenarnya ialah ketentuan Allah.

Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang dengan kata lain :

Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita mengenai Yusuf dan saudaranya dan tidak boleh kamu berputus harapan dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus harapan dari rahmat Allah, tetapi kaum yang kafir.

Melatih diri untuk tidak sedikit bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman untuk qadha dan qadar, bilamana mendapat keberuntungan, maka ia bakal bersyukur, sebab keberuntungan tersebut adalahnikmat Allah yang mesti disyukuri. Sebaliknya bilamana terkena musibah maka ia bakal sabar, karena urusan itu adalahujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang dengan kata lain :

“Dan apa saja nikmat yang terdapat pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka melulu kepada-Nya lah anda meminta pertolongan. ”

Menenangkan jiwa

Orang yang beriman untuk qadha dan qadar senangtiasa merasakan ketenangan jiwa dalam hidupnya, karena ia tidak jarang kali merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terpapar musibah atau gagal, ia bersabar dan berjuang lagi.

Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang dengan kata lain :

Hai jiwa yang tenang. Kembalilah untuk Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, serta masuklah kedalam surga-Ku.

Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

Manusia tidak memahami takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu mengharapkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan tersebut tidak datang begitu saja, namun harus diusahakan. Oleh karena itu, orang yang beriman untuk qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja guna meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.

Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang dengan kata lain :

Dan carilah pada apa yang telah dikaruniakan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah anda melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) keduniaan dan melakukan baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah melakukan baik, kepadamu, dan janganlah kamu melakukan kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang-orang yang melakukan kerusakan.

Nah, itulah pembahasan singkat tentang pengertian Qadha dan Qadar menurut para ahli lengkap penjelasannya dengan fungsi, dalil, Al Qur’an, contoh iman kepada Qada dan Qadar bahasa dan istilah. Semoga yang di sajikan dalam pertemuan kali ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca untuk menambah ilmu pengetahuan tentang pengertian Qada dan Qadar.

Baca Juga Artikel :

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : 9 Pengertian Qadha dan Qadar Menurut Oleh Para Ahli

0 komentar:

Posting Komentar