Pengertian Qadha dan Qadar menurut para ahli – Bagi anda yang mencari
tentang definisi atau pengertian tentang qadha maupun qadar, maka tepat sekali.
Karena untuk pembahasan sekarang akan mengulas tentang apa itu pengertian qadha dan qadar menurut para
ahli, lengkap penjelasannya bahasa
dan istilah dengan fungsi, dalil,Al
Qur’an, contoh iman kepada Qadha dan
Qadar. Nah bagi sobat yang sudah penasaran langsung saja simak pembahasan
di bawah ini secara lengkap. Semoga dapat bermanfaat tentunya bagi pembaca.
Pengertian
Qadha dan Qadar
Apa itu Qadha dan Qadar ? Pengertian Qada dan Qadar Berdasarkan keterangan dari bahasa qadha
mempunyai beberapa makna yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak,
pemberitahuan, dan penciptaan. Sedangkan menurut keterangan dari istilah, qadha
ialah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari semenjak zaman azali mengenai
segala sesuatu yang berkaitan dengan makhluk-Nya cocok dengan iradah
(kehendak-Nya), mencakup baik dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Berdasarkan keterangan dari bahasa, qadar berarti
kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut keterangan dari istilah,
qadar ialah perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkaitan
dengan makhluk-Nya yang sudah ada semenjak zaman azali cocok dengan iradah-Nya.
Qadar disebut pun dengan takdir Allah SWT yang berlaku untuk semua makhluk
hidup, baik yang telah, sedang, maupun bakal terjadi.
Pengertian
Iman Kepada Qadha dan Qadar
Beriman untuk Qada dan Qadar ialah menyakini dengan
sepenuh hati adanya peraturan Allah SWT yang berlaku untuk semua mahluk hidup.
Semua tersebut menjadi bukti kehormatan dan kekuasan Allah SWT. Jadi, segala
sesuatu yang terjadi di alam fana ini telah diputuskan oleh Allah SWT.
Ciri-Ciri
Orang Beriman Kepada Qadha dan Qadar
Seorang muslim yang yakin untuk ketentuan Allah SWT tentu
akan memiliki tingkat ketaatan yang tinggi. Ciri-ciri orang yang beriman untuk
qada dan qadar:
1. Senantiasa bersabar.
2. Selalu sadar dan menerima kenyataan.
3. Bersikap optimis, bukan pesimis.
4. Rajin dalam berjuang dan tidak gampang menyerah.
5. Menaati perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya
6. Senantiasa bersikap tawakal.
7. Mengisi kehidupan dengan urusan positif untuk
menjangkau kebahagiaan di akhirat kelak
8. Bertawakal untuk Allah SWT
Fungsi
iman untuk Qada dan Qadar:
1. Mendidik insan untuk senantiasa berjuang / ikhtiar (An
Najm ayat 39 – 42 serta Q.S. Ar Ra’du ayat 11)
2. Mendekatkan diri untuk Allah SWT (Q.S. Al Hadid ayat
22)
3. Mendidik insan untuk tidak besikap congkak /takabur
(Q.S. Lukman ayat 18)
4. Mendidik insan untuk senantiasa sabar dan tawakal (Ali
Imran ayat 159 serta Q.S. Al Baqarah ayat 155 – 156)
Contoh
Qada dan Qadar
Saat ruang belajar 8 SMP Paijo ialah murid yang memiliki
prestasi biasa saja. Tetapi sebab ketekunan dan usaha nya, dia dapat mengejar
teman-temannya. Sehingga ketika ujian akhir sekolah Paijo menjadi siswa yang
terbaik.
Paidi adalah murid yang cerdas, dia jarang belajar. Paidi
belajar hanya sejumlah menit sebelum ulangan dimulai. Ketika menerima hasil
ulangan, Paidi mendapat nilai yang bagus.
Paiman berusia 13 tahun, kini dia duduk di ruang belajar 7. Kehidupan Paiman andai menurut umur hidup
rata-rata warga Indonesia yakni sekitar 66 tahun. Tetapi memasuki usia 17 Paiman
sakit keras, sekian banyak pengobatan
sudah dijalani, namun akhirnya Paiman meninggal dunia.
1. Kapan laut pasang dan surut.
2. Matahari keluar pada siang hari, dan bulan serta
bintang terlihat pada malam hari
3. Menetapkan berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
4. Setiap makhluk tentu mati.
5. Orang yang bodoh dapat pandai andai giat belajar dan
berdoa untuk Allah
6. Menetapkan seseorang lahir.
7. Orang kurang mampu yang betul-betul berikhtiar
disertai doa dapat menjadi orang kaya
Dalil
– Dalil Mengenai Beriman Kepada Qadha dan Qadar
1.
Q.S Al-A’laa ayat 3 :
Artinya :"Dan yang menilai kadar (masing-masing) serta
memberikan petunjuk.”
2.
Takdir Mua’llaq dan Takdir Mubram
Takdir mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri insan dan tidak dapat
dicoba atau tidak bisa di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang
dicetuskan dengan mata sipit , atau dicetuskan dengan kulit hitam sementara ibu
dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.
Takdir mua’llaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia.
Contohnya seorang siswa berangan-angan ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk
menjangkau cita-citanya tersebut ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia
cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.
3.
Q.S Ar-Ra’d ayat 11 :
Artinya : Bagi insan ada malaikat-malaikat yang tidak
jarang kali mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah suasana
sesuatu kaum sampai-sampai mereka mengubah suasana yang terdapat pada diri
mereka sendiri. Dan bilamana Allah menghendaki kejelekan terhadap sesuatu kaum,
maka tak terdapat yang bisa menolaknya; dan sekali-kali tak terdapat pelindung
untuk mereka di samping Dia.
4.
Takdir
Takdir ialah ketentuan sebuah peristiwa yang terjadi di
alam raya ini yang mencakup semua sisi kejadiannya baik tersebut mengenai kadar
atau ukurannya, lokasinya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang
terjadi pasti ada takdirnya, tergolong manusia.
Umat Islam mengetahui takdir sebagai unsur dari tanda
dominasi Tuhan yang mesti diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman.
Penjelasan mengenai takdir melulu dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yakni
informasi Allah melewati Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam
dengan simpel telah menafsirkan takdir sebagai segala sesuatu yang telah
terjadi.
5.
Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar
Iman untuk qadha dan qadar dengan kata lain percaya dan
yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT sudah menilai mengenai segala sesuatu
untuk makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda
yang dengan kata lain sebagai inilah yang dengan kata lain :
”Sesungguhnya seseorang itu dibuat dalam perut ibunya
sekitar 40 hari dalam format nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari
menjadi segumpal daging, lantas Allah mengutus malaekat guna meniupkan ruh ke
dalamnya dan menyebutkan empat ketentuan, yaitu mengenai rezekinya, ajalnya,
amal perbuatannya, dan (jalan hidupnya) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan
Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).
Dari hadits di atas dapat anda ketahui bahwa nasib insan telah
ditentukan Allah semenjak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap insan telah
ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia melulu tinggal diam menantikan
nasib tanpa berjuang dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban guna berusaha,
karena keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir tersebut sebagai
dalil untuk malas berjuang dan melakukan kejahatan. Mengenai adanya keharusan
berikhtiar , ditegaskan dalam suatu kisah. Pada zaman nabi Rosululloh SAW
pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang tersebut
datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya serta
langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur
orang itu, ”Kenapa kuda tersebut tidak anda ikat?.” Orang Arab Badui tersebut
menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal untuk Allah”. Nabi juga bersabda, ”Ikatlah
kudamu, sesudah tersebut bertawakkalah untuk Allah”.
Dari cerita tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah sudah
menilai segala sesuatu, namun insan tetap berkewajiban guna berikhtiar. Kita
tidak memahami apa-apa yang bakal terjadi pada diri kita, oleh sebab tersebut
kita mesti berikhtiar. Jika hendak pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika
hendak kaya, bekerjalah dengan rajin setelah tersebut berdo’a. Dengan berdo’a
anda kembalikan segala urusan untuk Allah kita untuk Allah SWT. Dengan demikian
apapun yang terjadi saya dan anda bisa menerimanya dengan ridha dan ikhlas.
6.
Ikhtiar
Ikhtiar ialah usaha insan untuk memenuhi keperluan dalam hidupnya,
baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya supaya tujuan hidupnya
selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilaksanakan dengan
sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal barangkali sesuai dengan
keterampilan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha anda gagal, hendaknya anda
tidak berputus asa. Kita usahakan mengupayakan lagi dengan lebih keras dan
tidak berputus asa.
Kegagalan dalam sebuah usaha, antara lain diakibatkan
keterbatasan dan kelemahan yang ada dalam diri manusia tersebut sendiri.
Apabila tidak berhasil dalam sebuah
usaha, masing-masing muslim disarankan untuk bersabar sebab orang yang sabar
tidak bakal gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau
usaha anda dapat sukses dan sukses, hendaknya melandasi usaha itu dengan niat
ikhlas guna mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengekor perintah
Allah yang diiringi dengan tindakan baik, bidang usaha yang bakal dilakukann
mesti dikuasai dengan menyelenggarakan penelitian atau riset, tidak jarang kali
berhati-hati menggali teman (mitra) yang menyokong usaha tersebut, serta
menimbulkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.
7.
Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau
menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya untuk
Allah dalam menghadapi atau menantikan hasil sebuah pekerjaan, atau menanti
dampak dari sebuah keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan pengertian tawakkal sebagai
berikut, "Tawakkal merupakan menyandarkan untuk Allah swt tatkala
menghadapi sebuah kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam masa-masa kesukaran,
teguh hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang
tenteram.
Berdasarkan al-Qur’an Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt.
bakal mencukupkan segala kebutuhan orang-orang yang bertawakal dan bila diulas
orang yang bertawakal bakal :
1. Memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau
maut.
2. Mendapatkan limpahan sifat ‘aziz atau kebesaran dan
kemuliaan.
3. Mensyukuri karunia Allah swt. serta mempunyai kesabaran
bilamana belum memperolehnya.
4. Menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta menemukan
ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan.
5. Mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki
yang lumayan dari Allah swt.
6. Memiliki keyakinan diri dan keberanian dalam
menghadapi masing-masing persoalan.
7. Mendapatkan keyakinan dari orang tidak sedikit karena
budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat untuk orang lain.
8.
Sunnatullah
Berdasarkan keterangan dari bahasa sunnatullah berasal dari
kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang dilewati
atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata itu digabung dengan lafal
Allah sampai-sampai menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan
atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan berlangsung secara
tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yakni :
1. Sunnatullah kauniyyah ialah sunnatullah yang tidak
tertulis dan berupa kejadian atau gejala alam. Contohnya, matahari keluar di
ufuk unsur timur dan terbenam di ufuk barat.
2. Sunnatullah qauliyah ialah sunnatullah yang berupa
wahyu yang tertulis dalam format lembaran atau dibukukan, yakni Al-Qur’an.
Kedua sunatullah itu mempunyai persamaan, yakni :
1. Kedua-duanya dipastikan kemutlakannya.
2. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
3. Kedua-duanya tidak dapat diolah atau diganti dengan
hukum lainnya.
Contohnya ialah hukum yang ada dalam Al-Qur’an. Dalam
Al-Qur’an disebutkan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, tentu
akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Di samping mempunyai persamaan,
keduanya pun mempunyai perbedaan. Sunatullah yang terdapat di alam, bisa
diukur. Lain halnya dengan sunnatullah yang terdapat dalam AL-Qur’an. Walaupun
urusan tersebut pasti terjadi, namun tidak diketahui secara tentu kapan
waktunya.
9.
Hikmah Beriman untuk Qada dan Qadar
Dengan beriman untuk qadha dan qadar, tidak sedikit
hikmah yang amat berharga untuk kita dalam menjalani kehidupan dunia dan
mempersiapkan diri guna kehidupan akhirat. Hikmah itu antara lain:
Menjauhkan diri dari sifat congkak dan putus asa
Orang yang tidak beriman untuk qadha dan qadar, bilamana
memperoleh keberhasilan, ia memandang keberhasilan itu ialah semata-mata sebab
hasil usahanya sendiri. Ia juga merasa dirinya hebat. Apabila ia merasakan
kegagalan, ia gampang berkeluh kesah dan berputus harapan , sebab ia menyadari
bahwa kegagalan tersebut sebenarnya ialah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang dengan kata
lain :
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita
mengenai Yusuf dan saudaranya dan tidak boleh kamu berputus harapan dari rahmat
Allah. Sesungguhnya tiada berputus harapan dari rahmat Allah, tetapi kaum yang
kafir.
Melatih diri untuk tidak sedikit bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman untuk qadha dan qadar, bilamana
mendapat keberuntungan, maka ia bakal bersyukur, sebab keberuntungan tersebut
adalahnikmat Allah yang mesti disyukuri. Sebaliknya bilamana terkena musibah
maka ia bakal sabar, karena urusan itu adalahujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang dengan kata
lain :
“Dan apa saja nikmat yang terdapat pada kamu, maka dari
Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka melulu kepada-Nya lah
anda meminta pertolongan. ”
Menenangkan jiwa
Orang yang beriman untuk qadha dan qadar senangtiasa
merasakan ketenangan jiwa dalam hidupnya, karena ia tidak jarang kali merasa
senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau
berhasil, ia bersyukur. Jika terpapar musibah atau gagal, ia bersabar dan
berjuang lagi.
Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang dengan
kata lain :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah untuk Tuhanmu dengan
hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah
hamba-hamba-Ku, serta masuklah kedalam surga-Ku.
Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak memahami takdir apa yang terjadi pada
dirinya. Semua orang tentu mengharapkan bernasib baik dan beruntung.
Keberuntungan tersebut tidak datang begitu saja, namun harus diusahakan. Oleh
karena itu, orang yang beriman untuk qadha dan qadar senantiasa optimis dan
giat bekerja guna meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang dengan
kata lain :
Dan carilah pada apa yang telah dikaruniakan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah anda melupakan bahagianmu
dari (kenikmatan) keduniaan dan melakukan baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah melakukan baik, kepadamu, dan janganlah kamu melakukan
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyenangi orang-orang yang
melakukan kerusakan.
Nah, itulah pembahasan singkat tentang pengertian Qadha dan Qadar menurut para
ahli lengkap penjelasannya dengan fungsi, dalil, Al Qur’an, contoh iman
kepada Qada dan Qadar bahasa dan istilah. Semoga yang di sajikan dalam
pertemuan kali ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca untuk menambah
ilmu pengetahuan tentang pengertian Qada
dan Qadar.
Baca Juga Artikel :
0 komentar:
Posting Komentar